Selasa, 28 Agustus 2012

Antara Perjaka dan Perawan 7

Lidahku kujulur-julurkan menjilati seluruh permukaan susunya itu sampai basah, mulai dari payudara yang kiri lalu berpindah ke payudaranya yang kanan, kugigit-gigit puting-puting susunya secara bergantian sambil kuremas-remas dengan gemas sampai Dina berteriak-teriak kesakitan. "Maass.... ssshh... shh... oohh.... oouwww... masss", erangnya. Lima menit kemudian lidahku bukan saja menjilati kini mulutku mulai beraksi menghisap kedua puting-puting susunya sekuat-kuatnya. Aku tak peduli Dina menjerit dan menggeliat kesana-kemari, sesekali kedua jemari tangannya memegang dan meremasi rambut kepalaku yang bergerak liar, sementara kedua tanganku tetap mencengkeram dan meremasi kedua buah dadanya bergantian sambil kuhisap-hisap dengan penuh rasa nikmat. Bibir dan lidahku dengan sangat rakus mengecup, mengulum dan menghisap kedua payudaranya yang kenyal dan padat. Di dalam mulut puting susunya kupilin-pilin dengan lidahku sambil terus menghisap sampai pipiku terasa kempot, aku menghayal meminum air susunya. Dina hanya bisa mendesis, mengerang, dan beberapa kali memekik kuat ketika gigiku menggigiti putingnya dengan gemas, hingga tak heran kalau di beberapa tempat di kedua bulatan susu-susunya itu nampak berwarna kemerahan bekas hisapan dan garis-garis kecil bekas gigitanku. mm... mm... ini benar-benar nikmat, susu asli cap Nona pikirku dalam hati. Cukup lama sekali aku menetek susunya, mungkin sekitar 15 menit, sampai setelah cukup puas bibir dan lidahku kini merayap menurun ke bawah. Kutinggalkan kedua belah payudaranya yang basah dan penuh dengan lukisan bekas gigitanku dan juga cupangan berwarna merah bekas hisapanku, sangat kontras sekali dengan warna kulitnya yang putih. Ketika lidahku bermain di atas pusarnya, Dina mulai mengerang-erang kecil keenakan, bau tubuhnya yang harum bercampur dengan keringatnya yang kas menambah nafsu seks-ku semakin memuncak, kukecup dan kubasahi seluruh perutnya yang kecil sampai basah. Ketika aku bergeser ke bawah lagi dengan cepat lidah dan bibirku yang tak pernah lepas dari kulit tubuhnya itu telah berada di atas gundukan bukit kemaluannya yang indah mempesona. "Buka pahamu Din.." teriakku tak sabar, posisi pahanya yang kurang membuka itu membuatku kurang leluasa untuk mencumbu alat kelaminnya itu. "Oooh... masss", Dina hanya merintih lirih, kelihatannya dia sudah lemas kupermainkan sejak tadi, tapi aku tahu dia belum orgasme walaupun sudah sangat terangsang semenjak kuhisap kedua buah dadanya.

Sekarang ini aku ingin merasakan kelezatan cairan kewanitaan dari liang vaginanya, sebab pernah sohibku bilang terus terang kepadaku kalau ia sangat ketagihan untuk selalu meminum cairan lendir pacarnya ketika mereka sedang melakukan oral seks, katanya rasanya aneh tapi membuat dirinya bergairah. Aku membetulkan posisiku di atas selangkangan kekasihku. Dina membuka ke dua belah pahanya lebar-lebar, ia sudah sangat terangsang sekali. Kini wajahnya yang manis kelihatan kusut dan rambutnya tampak awut-awutan. Kedua matanya tetap terpejam rapat namum bibirnya kelihatan basah merekah indah sekali. Kedua tangannya juga masih tetap memegangi kain sprei, kelihatannya dia tegang sekali.
"Sayang... jangan tegang begitu dong sayang", kataku mesra.
"Lampiaskan saja perasaanmu, jangan takut kalau Dik Dina merasa nikmat, teriak saja sayang biar puass...." kataku selanjutnya. Sambil tetap memejamkan mata ia berkata lirih.
"I... iya mass eenaak sih mass", katanya polos. Aku tersenyum senang,
"Sebentar lagi kau akan merasakan kenikmatan yang luar biasa sayang", bisikku dalam hati, dan setelah itu aku akan merenggut kegadisanmu dan menyetubuhimu sepuasnya.

Kupandangi beberapa saat keindahan bentuk alat kelaminnya itu, baru pertama kali ini aku menyaksikan alat kelamin wanita. Ternyata di samping baunya sangat khas dan merangsang hidungku, keringat yang membasahi di sekitar selangkangannya pun berbau harum dan khas. Dari yang sering aku lihat di VCD ataupun di majalah, bentuk alat kelamin milik Dina ini termasuk masih Fresh, maksudnya di samping masih belum ditumbuhi sehelai rambutpun namun juga kulit di bibir vagina dan di sekitar alat kelaminnya itu tidak tampak keriput sedikitpun, masih kelihatan halus dan kencang. Labia mayoranya kelihatan gemuk dan padat berwarna putih sedikit kecoklatan, sedangkan celah sempit yang berada di antara kedua labia mayoranya itu tertutup rapat sehingga aku tidak bisa melihat lubang vaginanya sama sekali. Benar-benar gadis perawan asli pikirku bangga. Aahh, betapa nikmatnya nanti saat celah kemaluan dan liang vaginanya menjepit batang penisku, akan kutumpahkan sebanyak-banyaknya nanti air maniku ke dalam liangnya sebagai tanda hilangnya keperjakaanku.

Aku juga ingin nantinya Dina bisa merasakan semprotan air maniku yang hangat dan banyak agar ia dapat pula merasakan kenikmatan yang sedang kurasakan. Cukup lama aku melamun sambil memandangi keindahan alat kelaminnya sembari menikmati aroma khas yang keluar dari celah vaginanya yang rapat, saat tiba-tiba Dina berbisik lirih menyadarkanku.
"Mas... ngapain sih kok ngelamun, bau yaa Mas?" tanyanya sambil tersenyum manis. Wajahnya walaupun sedikit kusut berkeringat tapi tetap manis sekali.
"Nnngghh... abisnya punyamu lucu sih, bau lagi", balasku nakal.
"Iiihh... jahat", Belum habis berkata begitu tangan Dina bergerak memegang kepalaku dan mengucek-ucek rambut kepalaku. Aku tertawa geli. Selanjutnya tanpa kuduga kedua tangannya itu menekan kepalaku ke bawah, sontak mukaku terutama hidung dan bibirku langsung nyosor menekan bukit kemaluannya, "mffmffphh..." hidungku menyelip di antara kedua bibir kemaluannya, empuk dan hangat. Kuhirup sepuas-puasnya bau alat kelaminnya penuh perasaan, sementara bibirku mengecup bagian bawah labia mayoranya dengan bernafsu. Kuputar kepalaku sekitar 40 derajat, sementara jemari kedua tanganku merayap ke balik pahanya dan meremas bokongnya yang bundar dengan gemas. Aku mulai mencumbui bibir kemaluannya yang tebal itu secara bergantian seperti kalau aku mencium bibir Dina. Puas mengecup dan mengulum bibir bagian atas, aku berpindah untuk mengecup dan mengulum bibir kemaluannya bagian bawah. Rasanya, mm ada sedikit manis dan asin bercampur bau vaginanya yang memabukan, pokoknya dari Sabang sampai Merauke sudah nggak bisa diungkapkan. Nggak heran karena ulahku Dina sampai menjerit-jerit karena nikmatnya, tubuhnya menggeliat hebat dan terkadang meregang kencang, beberapa kali kedua pahanya sampai menjepit kepalaku yang lagi asyik masyuk bercumbu dengan bibir kemaluannya. Kupegangi kedua belah bokongnya yang sudah berkeringat agar tidak bergerak terlalu banyak, bagaimanapun juga aku tak rela melepaskan pagutan bibirku pada labia mayoranya yang merangsang. Salah sendiri pikirku siapa dulu yang mulai. "mm.. masss... aauuuwwww... auuuwwww... aawwww... hggghhkkhh... mass... aduuh.... enaak masss... aahh aduhh... oouuhh", Dina mengerang-erang dan tak jarang memekik cukup kuat saking nikmatnya. Kedua tangannya bergerak meremasi rambut kepalaku sampai kacau, sambil menggoyang-goyangkan pinggulnya yang seksi. Kadang pantatnya dinaikkannya sambil mengejan nikmat atau kadang digoyangkan memutar seirama dengan jilatan lidahku pada seluruh permukaan alat kelaminnya yang montok itu. "Masss... oouhh... yaahh... yaahah... mass huhuhu.. huhu..." Dina berteriak makin keras, dan terkadang seperti orang menangis mungkin saking tak kuatnya menahan kenikmatan yang kuciptakan pada alat kelaminnya. Tubuhnya menggeliat hebat dan kulihat sambil mulutku tetap memagut bibir kemaluannya, kepala kekasihku dipalingkan ke kiri dan ke kanan dengan cepat, mulutnya mendesis dan mengerang tak karuan.

Aku semakin bersemangat melihat tingkahnya, sebentar lagi Dina pasti orgasme, kini mulutku semakin buas, dengan nafas setengah memburu kusibakkan bibir kemaluannya yang menawan dengan jemari tangan kananku, mm.. hangat dan empuk, kini kulihat daging berwarna merah muda yang basah oleh air liurku bercampur dengan cairan lendir kewanitaannya, agak sebelah bawah dagingnya itu barulah aku dapat melihat celah liang vaginanya yang amat sangat kecil dan berwarna kemerahan pula, aku mencoba untuk membuka bibir kemaluan Dina agak lebar agar aku dapat mengintip ke dalam liang vagina mungilnya bagaimana bentuk selaput daranya, namun Dina tiba-tiba memekik kecil ternyata aku terlalu lebar menyibakkan bibir kemaluannya itu sehingga ia mengerang kesakitan. "aawww... iiih... mass.. sakiit", pekiknya kesakitan. Aku jadi terkejut dan menyesal. "Eeeh... maaf sayang, sakit yaa..." bisikku khawatir. Kuusap dengan lembut penuh kemesraan bibir kemaluannya agar sakitnya hilang, sebentar kemudian lalu kusibakkan kembali pelan-pelan bibir nakalnya itu, celah merahnya kembali terlihat, agak ke atas dari liang vaginanya yang sempit itu aku melihat ada tonjolan daging kecil sebesar kacang hijau yang juga berwarna kemerahan, inilah clitorisnya bagian paling sensitif dari alat kelamin wanita. mm... ini dia biang kenikmatan bagiperempuan pikirku, lalu secepat kilat dengan rakus lidahku kujulurkan sekuatnya keluar dan mulai menyentil-nyentil daging clitorisnya. Benar saja karena tiba-tiba Dina memekik sangat keras sambil menyentak-nyentakkan kedua kakinya ke bawah. Dina mengejan hebat, aku sampai kaget dibuatnya karena pinggulnya bergerak liar dan kaku, jilatanku pada clitorisnya jadi luput. Dengan gemas aku memegang kuat-kuat kedua belah pahanya yang putih mulus lalu kembali kutempelkan bibir dan hidungku di atas celah kedua bibir kemaluannya, kujulurkan lidahku keluar sepanjang mungkin lalu kutelusupkan lidahku menembus jepitan bibir kemaluannya dan kembali menyentil nikmat clitorisnya dan, "Hgghggh... hghghghgh... shshhsh...." Dina memekik tertahan dan mendesis panjang tubuhnya kembali mengejan sambil menghentak-hentakkan kedua kakinya yang kecil, pantatnya diangkat ke atas sehingga memberi keuntungan bagiku untuk lebih dalam memasuki celah labia mayoranya menyentil-nyentil clitorisnya. Begitu singkat karena tak sampai 1 menit tiba-tiba kudengar Dina terisak menangis dan kurasakan di dalam mulutku terasa ada semburan lemah dari dalam liang vaginanya berupa cairan hangat agak kental banyak sekali.


BERSAMBUNG

Tidak ada komentar:

Posting Komentar