Sabtu, 01 September 2012

IT Specialist

Ketika sedang asyik-asyiknya mengecek email, saya melihat Andrew, Manajer Personalia perusahaan tempat saya bekerja berjalan masuk ke ruangan kantor. Nah yang menarik tentu saya bukan Andrew, melainkan sesosok cewek yang berjalan di belakang dia.

Saya memperhatikan Andrew memperkenalkan cewek tersebut ke rekan kantor saya dan saya langsung menebak bahwa dia adalah karyawan baru.

“This Martha, our new employee in Marketing” demikian Andrew memperkenalkan saya. Saya memperkenalkan diri saya dan menjabat erat tangannya yang putih mulus.

Mata saya dan mata Martha bertemu, saya melihat sorot mata yang tajam dan ada kejenakaan disana. Dia berasal dari Indonesia lulusan Australia. Nantinya saya tau kalau dia berumur 31 tahun, lahir di Jakarta, sekolah dan tinggal selama hampir sepuluh tahun di Australia, dan memakai bra 34B hehehe, apa hubungannya ya?

Karena kita berdua sama-sama berasal dari Indonesia, akhirnya persahabatan terbina di antara. Bermula dari ajakan makan siang, nonton, makan malam, dsb. Sayangnya Martha sudah berkeluarga. Suaminya adalah Singaporean dan berumur sekitar 40 tahun. Mereka adalah typical keluarga yang mempunyai pikiran yang modern dalam arti mereka tidak saling mengikat dan memutuskan untuk tidak mempunya anak.

Saya sudah berada di Singapore selama 2 tahun, berumur 30 tahun dan barusan putus dengan pacar saya karena alasan klasik: jarak. Tinggi badan saya 178 cm dengan berat badan sekitar 72 kg.

Karena berada saya di negeri orang, saya sering merasa sangat kesepain. Hidup di negeri kecil seperti Singapore kadang sangat membosankan, tidak ada yang bisa dikerjakan kalo lagi liburan. Kalo weekend paling nonton dan clubbing.

Waktu terus berjalan dan saya sudah mengenal Martha kurang lebih dua tahun. Hubungan baik terus berkembang, bukan saya dengan Martha, melainkan juga dengan suaminya. Saya diperkenalkan ke suaminya tahun lalu dan semenjak itu sering keluar makan malam bersama atau main golf bersama. Bahkan beberapa kali saya menginap di condo mereka di fifth avenue, salah satu kawasan terelit di Singapore.

Dari hubungan ini saya akhirnya tahu kalo hubungan Martha dengan suaminya ngga sebaik yang mereka tunjukkan ke orang luar. Mereka mempunyai hobby yang sangat berlainan, Martha seorang kutu buku dan sangat feminim sedangkan suaminya seorang yang sangat gemar berolah raga dan berpetualang. Setiap dua minggu suaminya meninggalkan Singapore menuju Malaysia untuk balapan mobil ataupun ke Thailand/Indonesia untuk menyelam.

Saya sendiri memiliki sifat yang agak pendiam dan kutu buku. Jadinya jauh lebih cocok kalo bersama Martha karena kita memiliki hobbi yang hampir sama.

Minggu, 09.15, Mei 2002
Raffles Place, Singapore

Hati saya setengah mengumpat ketika harus masuk kantor di hari minggu untuk menyelesaikan salah satu proposal. Selesai melakukan lari pagi, sarapan, dan mandi saya akhirnya berada di kantor.

Jam sudah menunjukkan pukul 15.00 ketika saya mendengar seseorang membuka pintu kantor. Heran juga ada yang senasib dengan saya. Hati saya tertawa gembira ketika melihat Martha berjalan masuk kantor…. Hehe…. Ada temen buat ngobrol.

“Wah, tumben hari Minggu masuk” sapa Martha ramah.

“Iya, sialan nih, tapi udah hampir selesai kok, ngapain kamu ke kantor?” balas Saya.

Ternyata dia datang untuk mengambil kunci lemari rumah yang tertinggal di kantor. Akhirnya kita memutuskan untuk mengobrol di ruangan meeting yang menghadap pelabuhan. Martha mempersiapkan kopi dan teh di pantry.

Sungguh suasana yang sangat romantis, kantor kita berada di lantai 45 di salah satu gedung tertinggi di jantung kota Singapore. Meliat laut yang biru dan kapal yang lalu lalang memberikan suasana yang sangat damai.

Ketika Martha berdiri di dekat jendela, saya tidak bisa menahan diri saya untuk memeluknya dari belakang. Dia tidak menolak sama sekali. Memang saya pernah memeluknya beberapa di diskotik sebelum ini.

Saya mencium rambutnya yang wangi dan memeluk erat pinggangnya. Pinggulnya yang montok mendesak adik saya yang udah terbangun.

"Bagus sekali ya viewnya?" kata saya. Dia cuman diam.

Tangan saya lalu menyingkap rambutnya ke samping dan saya memberanikan diri saya untuk mengecup bagian belakang lehernya.

“Ah.. geli ah!" kata Martha tapi tidak berusaha untuk menghindar. Merasa dikasi angin, saya meneruskan ciuman saya ke lehernya yang putih. Pada saat yang bersamaan jari tangan saya menyusuri perutnya yang dasar menuju gunung kanannya. Jari tangan saya mengelus buah dadanya yang masih tertutup kaos dan bra.

Tiba-tiba Martha membalikkan tubuhnya dan mengarahkan mulutnya ke mulut Saya, jadinya kita sekarang ciuman dari mulut ke mulut. Saya bisa merasa ciumannya yang lembut, perlahan Saya menjulurkan lidah ke Saya ke mulutnya. Lidah saya diisap pelan dan digigit perlahan.... nikmat.

Saya lalu menggerakkan tangan saya ke pipinya yang mulus, dan saya elus.... Perlahan tangan saya turun ke lehernya dan ke arah payudaranya. Saya remes perlahan payudaranya dan terdengar nafas dia yang mulai memburu. Saya menggerakkan jari saya mencari putting susunya.... Setelah beberapa lama, akhirnya saya temukan juga lalu saya pelintir kayak memutar mur....... Ahhhhhhhh...... Martha mendesah.....

Cukup lama kita berciuman, mungkin sekitar 10 menitan. Ketika tangan saya mencoba menarik kaosnya ke atas, dia mendorong tubuh saya. Sedikit kaget, saya memandang dia.

“Tutup pintunya dulu say” kata dia. Haha…. Tanpa menunggu perintah dua kali saya menutup pintu ruangan meeting dan berjalan ke arah dia kembali.

Tanpa menunggu aba-aba, jari saya mulai menarik kaosnya keatas. Martha, cuman menatap saya dengan tatapan mata yang begitu sayu. Setelah koasnya, tangan saya beralih ke belakang bra-nya untuk membuka kaitan bra tsb. Martha cuman tersenyum dan menggerakkan tangannya utk membuka bra tsb. Tentu aja dia berhasil.... Akhirnya terpampang lah sepasang buah dada nan indah di depan saya. Nggak terlalu besar, tp masih mancung dan pentil yang munggil berwarna coklat muda.

Dengan gerakan ekspress, saya membuka baju dan jeans saya. Meliat saya membuka jeans, Martha juga melepaskan jeans nya dan memamerkan celana dalamnya yang berwarna hitam.

Dalam keadaan berdiri, kita berciuman kembali dan sekarang ciuman saya mengarah ke leher, lalu naik ke belakang telinganya, turun lagi ke payudaranya, lalu ke perutnya yang langsing.... Dan terus ke paha dalamnya... turun lagi ke lututnya..... saya gigit perlahan lututnya... Martha cuman mendesah..... jilatan saya sekarang naik lagi menuju kawasan segitiga emas.

Saya menarik celana dalamnya ke bawah dan bulu-bulunya yang tidak terlalu lebat langsung menarik perhatian saya. Kemudian dengan perlahan, saya membaringkan Martha di meja meeting.

Saya kembali mencium lutut dan paha dalamnya kemudian naik menuju daerah dia yang paling pribadi. Saya mencari setitik daging yang agak tersembunyi, lalu saya menggerakkan
lidah saya ke arah daging tersebut.

Akibatnya sungguh dahsyat. Martha menggerakkan pahanya mengepit kepala saya dan menaikkan pinggulnya. Hidung dan mulut saya terbenam di kue bolunya. Enak sekali, anget dan wangi.

Kemudian setelah kepitan pahanya agak mengendur, lidah saya di arahin ke arah lobang surganya dan saya keluar masukin lidah saya di sana......... ahhhh ...... ahhhhh... ... Martha mendesah. Saya bisa merasakan daerah kewanitaannya semakin lembab dan basah.

Cukup lama lidah saya bermain di daerah kewanitaanya, menyusui dindingnya yang lembut. Merasa bahwa Martha sudah cukup terangsang, saya merangkak naik ke atas meja dan mengarahkan adik saya ke daerah pribadi dia. Saya menggesek-gesekkan kepala adik saya ke daerah sensitif dia dan secara perlahan memasukkan adik saya menuyusuri terowongan dia yang sudah basah. Akhirnya saya memulai memompa, masuk keluar, masuk keluar. Semakin lama makin cepat. Terasa sangat nikmat.

Mata Martha yang bagus menatap saya dengan nanar. Jari-jarinya menggenggam erat lengan saya.

"Enakkkkkkk Gusssssss, enak............." Martha mulai menjerit........... Saya kemudian memperlambat pompaan saya sebagai gantinya saya mengganti jurus putaran sejuta nikmat saya. Saya memasukan penis saya sampai mentok, lalu saya tarik sedikit dan saya putar pinggul
saya.........

"Ahh....." Martha memeluk saya dan mencakar punggung saya.......... "Saya keluar Gus............. " Martha meronta-ronta ketika hampir mencapai puncak kenikmatannya...... akhirnya
terasa kakinya dan tubuhnya mengenjang.......... Martha sudah mencapai klimaksnya

Saya tersenyum dan mencium dia...... mengelus rambutnya...... setelah beristirahat selama tiga menit, saya mulai menarik penis saya dan memasukkannya kembali...... dalam waktu singkat birahi Martha bangkit kembali.

Kita turun dari meja dan saya meminta dia untuk menungging. Martha mengikuti petunjuk saya sambil membungkuk tiduran di atas meja, dari belakang saya mengarah torpedo saya dan mulai menggoyang. Capek deh dengan posisi demikian. Sodokan saya semakin cepat dan kadang saya juga membungkuk untuk mencium leher dia dan meremas buah dadanya. Lima menit kemudian, sodokan saya semakin cepat dan saya merasakan goyangan Martha yang semakin buas, akhirnya dengan teriakan yang lumayan keras, kita mencapai puncak bersama.

Abis itu saya merangkul dia dan dalam keadaan telanjang kita melanjutkan perbincangan kita sambil memandang indahnya pelabuhan Singapura. Kadang saya mikir kalo ada kapal lewat dan ada yang iseng menoropong gedung perkantoran, pasti dech orang tersebut akan ngiri setengah mati ke kitanya.

Bulan lalu Martha memutuskan untuk berhenti kerja dan ikut suaminya untuk imigrasi ke Australia dan saya akhirnya sendiri lagi. Tidak ada yang tau ketika berada di ruangan meeting, pikiran saya selalu melayang ke kejadian malam minggu tersebut.


TAMAT

Tidak ada komentar:

Posting Komentar