Jantungku berdegup kencang saat kunaiki ranjang dimana tubuh Dina yang telanjang berada, ia memandangku tetap dengan senyumnya yang manis. Aku merayap ke atas tubuhnya yang bugil dan menindihnya, aku tak sabar ingin segera memasuki tubuhnya. "Buka pahamu sayang, hh... Mas ingin menyetubuhimu sekarang", bisikku bernafsu. Aku merasakan kehangatan saat kulitku bersentuhan dengan kulitnya yang halus mulus. Buah dadanya kelihatan sangat kencang dan bundar dengan puting-putingnya yang kemerahan sangat menawan hatiku, namun kutahan sementara keinginanku untuk menjamah buah terlarangnya itu. "Mass..." ia hanya melenguh pasrah saat aku setengah menindih tubuhnya dan batang penisku yang tegang itu mulai menusuk celah bukit kemaluannya, mencari liang vaginanya. Kurasakan bukit kemaluannya terasa lunak dan hangat. "Aahh..." tanganku tergetar saat kubimbing alat vitalku mengelus bukit kemaluannya yang empuk lalu menelusup di antara kedua bibir kemaluannya.
"Sayang... Mas masukkan yaah... kalau sakit bilang sayang.. kamu kan masih perawan."
"Pelan-pelan Mas ....", bisiknya pasrah. Lalu dengan jemari tangan kananku kuarahkan kepala penisku yang sudah tak sabar ingin segera masuk dan merobek selaput daranya itu. Dina memeluk pinggangku mesra, sementara kulihat ia memejamkan kedua matanya seolah menungguku yang akan segera memasuki tubuhnya. Aku mencari liang vaginanya di antara belahan bukit kemaluannya yang lunak, aku tak dapat melihat celah vaginanya karena posisi tubuhku yang memang tak memungkinkan untuk itu namun aku berusaha untuk mencari sendiri. Kucoba untuk menelusup celah bibir kemaluannya bagian atas namun setelah kutekan ternyata jalan buntu. "Agak ke bawah Mas, aahh kurang ke bawah lagi Mas... mm.. yah tekan di situ Mas... aawww pelan-pelan Mas sakiiit", Dina memekik kecil dan menggeliat kesakitan, namun segera kupegang pinggulnya agar jangan bergerak. Akhirnya aku berhasil menemukan celah vaginanya itu setelah kekasihku itu menuntunku, akupun mulai menekan ke bawah, "Hhggkkghh..." kepala penisku kupaksa untuk menelusup ke dalam liang vaginanya yang sempit, terasa hangat dan sedikit basah. Kukecup bibir Dina sekilas lalu aku berkonsentrasi kembali untuk segera dapat membenamkan batang penisku sepanjang 14 centi itu seluruhnya ke dalam liang vaginanya. Dina mulai merintih dan memekik-mekik kecil ketika kepala penisku yang besar mulai berhasil menerobos liang kemaluannya yang sangat-sangat sempit sekali.
"Tahan sayang... Mas masukkan lagi, hhggghh.... ahh sempit sekali sayang aahh", erangku mulai merasakan kenikmatan dan "sssrrrtt" kurasakan kepala penisku berhasil masuk dan terjepit ketat sekali dalam liang vaginanya. "aawwww.... masss sakiit..." teriak Dina memelas, tubuhnya menggeliat kesakitan. Aku berusaha menentramkannya sambil kukecup mesra bibir mungil yang basah merekah dan kulumat dengan perlahan. "mm... cuupp... cuuppp." Lalu, "Hhgghh... tahan sayang, baru kepalanya yang masuk sayang, Mas tekan lagi yaah", bisikku di antara rasa pedih dan nikmat karena jepitan liang vaginanya itu begitu ketat seolah-olah kepala penisku diremas oleh sebuah daging yang sangat kuat cengkeramannya walaupun terasa hangat dan lunak. Waah, ini harus diminyaki dulu nih pikirku, kalau aku langsung memperawaninya bisa-bisa batang penisku ikut-ikutan lecet. Akhirnya sambil menahan keinginan seks-ku yang sudah menggelora kucabut kembali alat vitalku yang baru masuk kepalanya saja itu dengan perlahan. mm... nikmatnya saat penisku menggesek celah vaginanya.
"Ah... sayang, Mas masukin nanti saja deh... hh.. liang vaginamu masih sangat sempit dan kering sayang."
"Kemaluanku sakit Mas", erang Dina lirih.
"Yahh... Mas tahu sayang kamu kan masih perawan, kita bercumbu dulu sayang, Mas kepingin melihat Dik Dina orgasme", bisikku bernafsu. Segera kurebahkan badanku di atas tubuhnya dan memeluknya dengan kasih sayang, "aahh..." aku menggelinjang nikmat merasakan kehangatan dan kehalusan kulitnya, apalagi saat dadaku menekan kedua buah payudaranya yang montok rasanya begitu kenyal dan hangat, puting-puting susunya terasa sedikit keras dan lancip, mm.. mm. Kemudian kurasakan pula perut kami bersentuhan lembut dan yang paling merangsang adalah saat batang penisku yang kucabut tadi kini menekan nikmat bukit kemaluannya yang empuk. Ingin rasanya aku mencoba untuk memasuki liang vaginanya lagi dan mengeluarkan air maniku sebanyak-banyaknya di dalam situ tapi aahh, aku tak ingin hanya diriku saja yang merasakan kenikmatan, aku ingin mencumbu kekasihku ini dulu, mengulum bibirnya, meremas dan mengenyot-enyot kedua buah payudaranya dan terakhir akan kucumbu seluruh tubuhnya dari atas sampai ke kaki, kukecup dan kucumbu alat kelaminnya, kujilati bibir vagina dan clitorisnya sampai Dina kekasih kecilku ini merasakan kenikmatan seks sesungguhnya dan orgasme sepuasnya. "Dina... hh.. bagaimana perasaanmu sayang", bisikku mesra. Ia memandangku dari jarak yang kurang dari 10 centi dan tertawa renyah.
"mm... Dina bahagia sekali bersama Mas seperti ini, rasanya nikmat ya Mas berpelukan sambil telanjang kaya gini", ujarnya polos.
"Iyaa sayang, anggaplah Mas suamimu saat ini sayang", bisikku nakal.
"Iih.. Mas Ari, mm... mm.. Mas cumbui isterimu dong, beri istrimu kenik... mmbhh", belum sempat ia selesai ngomong, aku sudah melumat bibirnya yang nakal itu, Dina membalas ciumanku dan melumat bibirku dengan mesra. Kujulurkan lidahku ke dalam mulutnya dan Dina langsung mengulumnya hangat, begitu sebaliknya. Semua terasa indah. Kurayapkan jemari tangan kiriku ke bawah menelusuri sambil mengusap tubuhnya mulai pundak terus ke bawah sampai ke pinggulnya yang hangat padat dan kuremas gemas, ketika tanganku bergerak kebelakang ke bulatan bokongnya yang bulat merangsang bersamaan dengan itu aku mulai menggoyangkan seluruh badanku menggesek tubuh Dina yang bugil terutama pada bagian selangkangan dimana batang penisku yang sedang tegang-tegangnya menekan gundukan bukit kecil milik Dina yang empuk, kugerakkan pinggulku secara memutar sambil kugesek-gesekkan batang penisku di permukaan bibir kemaluannya yang empuk sambil sesekali kutekan-tekan nikmat.
Dina ikut-ikutan menggelinjang kegelian namun ia sama sekali tak menolak walaupun beberapa kali kepala penisku yang tegang salah sasaran memasuki belahan bibir kemaluan atau labia mayoranya seolah akan menembus liang vaginanya lagi. Ia hanya merintih kesakitan dan memekik kecil kalau aku salah menekan.
"Aawwww... Mas saakiit", erangnya membuatku makin terangsang saja.
"Aahh.. Dina... kemaluanmu empuk sekali sayang, ssshh", aku melenguh keenakan. Setan-setan burik di belakangku semakin gila berjoget dangdut, seolah-olah bernyanyi, "Hangat terasa... terlenaa". Beberapa menit kemudian setelah kami puas bercumbu bibir, aku menggeser tubuhku kebawah sampai mukaku tepat berada di atas kedua bulatan payudara yang bundar bak buah apel, kini ganti perutku yang menekan bukit kemaluannya yang empuk itu, woooww enakk. Jemari kedua tanganku secara bersamaan mulai menggerayangi gunung "Fujiyama" miliknya itu, seolah hendak mencakar kedua payudaranya kelima jemari masing-masing tanganku kurenggangkan satu sama lain dan membentuk seperti cakar burung dan aku mulai menggesekkan ujung-ujung jemariku mulai dari bawah payudaranya di atas perut terus menuju gumpalan kedua buah dadanya yang kenyal dan montok. Dina merintih dan menggelinjang antara geli dan nikmat. "Mass... mm... iih geli Mas", erangnya lirih. Beberapa saat kupermainkan kedua puting-puting susunya yang kemerahan dengan ujung jemariku. Dina menggelinjang lagi, kupuntir sedikit putingnya dengan lembut. "mm Mas..." Dina semakin mendesah tak karuan. Aku tak tahan, secara bersamaan akhirnya kuremas-remas gemas kedua buah dadanya dengan sepenuh nafsu. "Aawww... Mas... nngggg", Dina mengerang dan kedua tangannya memegangi kain sprei dengan kuat. Aku semakin menggila tak puas kuremas lalu mulutku mulai menjilati kedua buah dadanya secara bergantian.
BERSAMBUNG
Tidak ada komentar:
Posting Komentar