Selasa, 28 Agustus 2012

Antara Perjaka dan Perawan 4

Kepala penisku terasa cenut-cenut melepas kebebasan setelah kurang lebih 1 jam terpenjara di dalam CD-ku yang sempit dan sumpek, maklum CD-ku memang sejak kemarin belum kuganti jadi baunya yaa... tahu sendirilah. Batang penisku ini nggak panjang-panjang benar kok cuma sekitar 14 centi-lah kurang sedikit, tapi yang membuatku bangga adalah bentuknya yang mirip punya bintang film Tarzan-X Rocco Siffredi, montok dan berurat, diameternya aku nggak pernah ngukur tapi yang jelas cukup memuaskanlah buat ngesex kupikir. Sementara Dina masih menutup muka tanpa bersuara, kukocok batang penisku dengan tangan kananku, "Uuuaahh... nikmatnya", sambil melepaskan ketegangan urat-urat yang menonjol keras di permukaan batang penisku akibat tergencet CD-ku tadi. Batang penisku itu tampak berkeringat basah, mungkin karena hawa di dalam CD-ku yang panas atau mungkin karena CD-ku yang belum kuganti. Ketika tanganku yang kupakai ngocok tadi kucium. Wweeeghh... huuuekkk, baunya ampun... sialan pikirku.
"Dina sebentar yaa... Mas mau cuci punya Mas dulu yaa... bau nih soalnya", sahutku tanpa kupedulikan dirinya lagi, aku segera ngibrit ke belakang, batang penisku yang sedang "ON" tegang itu jadi terpontang-panting sambil mengangguk-anggukkan kepalanya ke sana ke mari ketika aku berlari. Aku geli sendiri sekaligus tak sabar ingin segera kembali ke hadapannya lagi. Dalam kamar mandi segera kubasahi rudal patriotku dengan air dingin. Wiihh... dingin saat kepala rudalku kusiram air dari cebok, lalu kuambil sabun Claudia mengandung hand body yang masih baru kubuka tadi pagi dan kusabuni batang penisku sampai bersih mulai dari 2 butir telurku sampai kepala penisku yang semakin tambah ereksi saja. Teng... teng... teng rasanya aliran darah yang mengalir makin banyak ke batang penisku. Aduuh... maak, geli-geli nikmat saat air yang bercampur sabun itu kuusapkan dan kukocok-kocokkan ke batang penisku itu. Ngeres pikirku, dan aku mulai membayangkan sebentar lagi batang penisku yang masih perjaka ini akan berjuang untuk menembus liang vagina milik Dina yang sempit dan hangat, merobek selaput dara keperawanannya dan bersarang di dalam vaginanya lalu kugesekkan keluar masuk sampai penisku ejakulasi dan memuntahkan air mani sepuasnya, aahh nikmatnya. Apalagi aku yakin selama satu minggu ini aku tak ber-onani-keke. Waah.. bisa muncrat banyak sekali nih, mm.. teng... teng...teng, batang penisku bergerak naik turun sendiri. Lho... aku geli sendiri melihatnya. Lalu segera kubasuh lagi rudal patriotku dengan air sampai bersih, dan sebelum kubasuh sempat pula kucukur beberapa helai rambut kemaluanku dengan Gillette biar agak lebih ganteng sedikit, sebab aku khawatir Dina ogah melihat bulu kemaluanku yang amat sangar saking lebatnya. Lagian kalau bulu kemaluanku sedikit kan lebih asyik waktu merasakan jepitan liang vagina milik Dina nantinya. Aku ngibrit keluar dari kamar mandi sambil setengah berlari kembali ke ruang tamu. Seperti tadi batang penisku kembali terpontang-panting sambil mengangguk-anggukkan kepalanya ke sana kemari. Di ruang tamu kulihat kekasihku Dina masih terduduk di atas sofa dan begitu melihatku keluar berlari tanpa pakai celana jadi terkejut lagi melihat batang penisku yang sedang tegang bergerak manggut-manggut naik turun.
"aawww..." teriaknya kembali sembari mulut dan mukanya ditutup lagi dengan kedua jemari tangannya. Aku tersenyum senang penuh nafsu yang ingin meledak rasanya.

Melihat tubuhnya yang masih memakai baju dan celana ketat itu aku jadi gemas kepingin segera melucutinya satu persatu sampai bugil. Aahh... aku ingin segera menyetubuhinya saja rasanya. Tapi aku berusaha menahan diri, itu tidak adil, aku ingin kami berdua harus bisa merasakan kenikmatan yang sama. Aku tidak mau terjadi... nantinya salah satu merasa rugi. kalau aku sih pasti puass tapi bagaimana dengan Dina? Dia pasti kesakitan nanti saat kusetubuhi karena dia masih perawan. Waah... aku harus merangsangnya dulu sampai dia orgasme sebelum kuperawani, perkara nanti saat kusetubuhi dia bisa orgasme lagi yah bagus bisa sama-sama puas. Waahh, ini benar-benar detik-detik yang mendebarkan dan menegangkan. Satu perjaka dan satunya perawan. Sama-sama belum punya pengalaman seks selain cuma pakar di bidang film-film BF. Ingin rasanya hatiku bersorak saking nggak percayanya bahwa hari ini kesempatan emas itu telah datang tanpa kurencanakan sebelumnya.
"Iiihh... Dik Dina... takut apa sih, kok mukanya ditutup begitu", tanyaku geli.
"Itu Mas, punya Mas", sahutnya lirih.
"Lhoo... katanya sudah sering nonton film BF kok masih takut, Dik Dina kan pasti sudah lihat di film itu kalau alat vital punya cowok itu bentuknya gini, nah ini yang asli dik, the real thing sayang", sahutku geli. Dalam hati nih cewek barangkali kepingin tahu bagaimana rasanya digampar pakai penis cowok,
"Iya... m..Mas, tapi punya Mas mm besar sekalii", sahutnya masih sambil menutup muka.
"Yaach... ini sih kecil dik dibanding di film nggak ada apa-apanya, itu khan film barat, punya mereka jauh lebih gueedhee... kalau punya Mas kan ukuran orang Indonesia sayang, ayo sini dong punya Mas kamu pegang sayang, ini kan milik Dik Dina juga", sahutku nakal.
"Iiih... malu aah Mas, jorok."
"Alaa.. malu-malu sih sayang, Mas Ari yang telanjang saja nggak malu sama kamu, masa Dik Dina yang masih pakaian lengkap malu, ayo dong sayang punya Mas dipegang biar Dik Dina bisa merasakan milik Dik Dina sendiri", sahutku sembari kuraih kedua tangannya yang masih menutupi muka, pada mulanya dia menolak sambil memalingkan wajahnya ke samping, namun setelah kurayu-rayu akhirnya mau juga kedua tangannya kubimbing ke arah selangkanganku, namun kedua matanya masih dipejamkan rapat. Dalam hati malu-malu tapi mau, jangan-jangan kalau sudah diberi, batang penisku malah diobok-obok, Joshua kali ngobok-obok air. Jantungku berdegup kencang juga saat melakukan itu, soalnya bagaimanapun juga seumur hidup belum pernah aku telanjang di depan cewek sambil mempertontonkan alat vitalku sendiri, apalagi sampai dipegang-pegang segala. Wheeh... seperti mimpi rasanya saat jemari kedua tangan Dina mulai menyentuh kepala penisku yang sedang ereksi. Apalagi batang penisku masih tetap manggut-manggut nggak bisa diam, Maklumlah the first time. Pada mulanya jemari tangannya hendak ditarik lagi saat menyentuh batang penisku yang ereksi namun karena aku memegang kedua tangannya dengan kuat, dan memaksanya untuk memegang benda kesayanganku itu, akhirnya ia hanya menurut saja saat kurayu dia agar mau melakukannya.

Pertama kali Dina hanya mau memegang dengan kedua jemarinya yang mungil. "Aah... terus sayang pegang erat dengan kedua tanganmu dik", rayuku penuh nafsu.
"Iiih... keras sekali Mas", bisik Dina sambil tetap memejamkan matanya. Wajahnya yang manis kelihatan tegang dan sedikit berkeringat.
"Iya sayang, itu tandanya Mas sedang ereksi sayang, ayo dik genggam dengan kedua tanganmu, aahh..." aku mengerang nikmat saat tiba-tiba saja Dina bukannya malah menggenggam lagi tapi malah meremas kuat. Ia terpekik kaget.
"Iiih sakit mass..." tanyanya melihatku berteriak dan menggelinjang geli dan nikmat, remasan kedua jemari tangannya yang halus itu seolah membuat diriku kesetrum keenakan. Dina menatapku gugup. Kini secara bergantian jemari tanganku meremas kedua buah dadanya dengan lebih lembut. Dina menatapku dengan senyumnya yang mesra. Ia membiarkan tanganku menjamah dan meremas-remas kedua buah dadanya sampai puas. Hanya sesekali ia merintih dan mendesah lembut bila aku meremas susunya sedikit keras. Kami saling berpandangan mesra, kupandangi sepuasnya wajah manisnya, sampai akhirnya aku sudah tak kuat lagi menahan desakan batang penisku yang sudah tegang, aku takut alat vital kesayanganku itu bisa patah gara-gara salah posisi. "Auuggghh.." aku menjerit lumayan keras. Aku meloncat berdiri. Dina yang tadinya sedang menikmati remasanku pada buah dadanya jadi ikutan kaget.
"Eeehh... kenapa Mas?"
"Aahh anu sayang... punya Mas sakit nih", sahutku sambil buru-buru kubuka celana panjangku di hadapannya. Aku tak peduli, toh bagaimanapun dia pasti melihat juga nanti alat kelamin kesayanganku itu. Sruuut.... celana panjangku melungsur ke bawah, sementara Dina yang tak menyangka aku berbuat demikian hanya memandangku dengan terbelalak kaget. Cuek... daripada batang penisku kram nggak bisa bergerak mending kubuka saja sekalian CD-ku dan "Tooiiing", batang penisku yang sudah tegang itu langsung mencuat dan mengacung keluar mengangguk-anggukan kepalanya naik turun persis burung kutilang kalau sedang menari-nari. "aawww... Mas Ari jorok", Dina menjerit kecil sambil memalingkan mukanya ke samping. Jemari kedua tangannya di tutupkan ke mulut dan wajahnya. "He... he..." aku terkekeh geli batang meriamku sudah kelihatan tegang berat, urat-urat di permukaan batang penisku sampai menonjol keluar semua.
 

BERSAMBUNG

Tidak ada komentar:

Posting Komentar