Senin, 27 Agustus 2012

Antara Cinta dan Dosa 3

Mereka terkulai lemas dengan nafas tersengal-sengal. Meski hanya permainan tangan, tetapi rupanya cukup menguras tenaga dan pikiran mereka berdua. Samar-samar dalam kegelapan itu, nampak tersungging senyum kepuasan dari bibir Ratna. Ia lalu mengelus kepala Dony yang terkulai lemas di atas dadanya. Ia berbisik bahagia, "Enak sekali, Don."

Kira-kira lima menit mereka beristirahat tanpa bergerak dan mengeluarkan sepatah kata pun. Dony mengangkat kepala dan melirik ke arah Ratna sambil tersenyum hangat. Ratna balas tersenyum. Mesra sekali senyuman itu diikuti oleh sebuah kecupan lembut pada bibir Dony.

Mereka kembali ke posisi duduk semula. Ratna merapikan kembali pakaiannya yang tak karuan diikuti oleh pandangan mata Dony yang tekagum-kagum dan pada saat ia akan menaikkan celana dalamnya, tiba-tiba Dony menahan lengannya. Ratna melirik dengan pandangan penuh tanda tanya. Belum sempat ia bertanya, kepala Dony langsung menunduk ke arah selangkangannya dan mencium kemaluannya.

Darahnya kembali berdesir merasakan hembusan nafas hangat di sekitar kemaluannya. Ratna tertawa geli saat lidah Dony menyentuh bibir kemaluannya. Geli tapi enak!
"Akh...Don! Kamu nakal sekali! Bikin gemes aja!" kata Ratna terputus-putus.
Dony kembali mengangkat kepalanya sambil ikut-ikutan tertawa.
"Idih kok malah ketawa?" seru Ratna semakin gemes. "Awas ya!"

Ratna mendorong tubuh Dony hingga kembali duduk dan menggelitik pinggangnya. Dony tertawa kegelian dan meminta supaya menghentikannya. Ratna berhenti menggelitik, matanya melirik ke arah celana Dony yang masih terbuka dan menemukan batangnya yang terkulai lemas sementara di sekitarnya nampak cairan-cairannya yang sudah agak mengering mengotori celananya.
"Aduuhhh, jadi belepotan begini sich," kata Ratna seraya buru-buru mengambil tissue basah di atas dashboard mobil dan mengelapnya dengan hati-hati.

Terkena sentuhan tangan lembut itu, tanpa bisa dicegah, batang Dony mulai memperlihatkan kehidupannya kembali. Sedikit demi sedikit seiring dengan usapan lembut Ratna, batang itu semakin membesar dan mengeras bagaikan besi. Mata Ratna tak pernah mengedip mengikuti perkembangan itu. Ia terkagum-kagum menyaksikan kemaluan Dony sudah ngaceng kembali dan siap action!

"Cepet banget," ucapnya perlahan penuh kekaguman akan kejantanan teman sekantornya ini.

"Kepengen lagi ya?"
"He-eh," jawabnya pendek.

"Gimana kalau kita cari tempat yang lebih nyaman," saran Dony coba-coba karena mengingat jam sudah menunjukan hampir tengah malam.
"Kamu sendiri gimana? Nggak dicariin?" Ratna balik tanya.
"Aku nggak apa-apa. Lagi bujangan... he.. he.. he," jawabnya sambil tertawa.
"Curang...," sergahnya pura-pura cemberut padahal ia juga kepengen banget meneruskan acara yang tentunya akan jauh lebih hot. Tapi sebagai wanita ia jaga gengsi juga jangan sampai kelihatan kegatelan banget.

Ratna pura-pura berpikir sejenak,

"Gimana ya, ini kan udah malem," katanya sambil menunggu agar Dony terus mendesaknya.
"Nggak apa-apa. Lagian kamu juga lagi bebas kan?" seolah mengerti apa yang ada dalam benak wanita ini, Dony berlagak memintanya terus.
"Oke dech," jawabnya dengan suara yang amat perlahan.
"Nah gitu dong. Itu baru namanya cewek gua yang cantik," kata Dony dengan gembira.

Mendengar itu Ratna kembali berpura-pura marah sambil memelototkan matanya. Melihat ekspresi wajah Ratna, gairah Dony seakan mendesak kembali. Lalu dengan cepat diciumnya bibir yang sensual itu dengan penuh gairah.
"Ehmm.... mmmpphhhff..., cepetan dong!"
"Oke sayang. Oke!" Dony buru-buru melepaskan ciumannya dan bergegas keluar dari mobil untuk segera naik ke mobilnya yang diparkir di sampingnya.

Singkat cerita mereka sudah memesan sebuah cottage tak jauh dari tempat itu. Keduanya buru-buru masuk ke dalam untuk segera memulai kembali acara yang tertunda. Baru saja Ratna menyalakan saklar lampu, Dony sudah memeluknya dari belakang dan menciumi tengkuknya dengan penuh gairah. Ratna melenguh merasakan ciuman hangat yang langsung membangkitkan gairahnya. Kepalanya melengak kebelakang sehingga memperlihatkan kulit lehernya yang halus dan harum. Dony tak menyia-nyiakan kesempatan itu untuk mencumbui daerah yang cukup sensitif bagi wanita. Tangannya pun ikut-ikutan beraksi menyusup ke balik pakaian Ratna, mengelus-elus permukaan perutnya yang rata untuk kemudian merayap, menggerayangi buah dadanya yang begitu kenyal padat berisi.

Cumbuan Dony yang begitu lihai membuat lututnya bergetar sehingga tak tahan untuk berdiri lama. Ia lalu berbalik dan menarik kursi yang berada di sampingnya untuk duduk. Cumbuan Dony tak pernah terlepas dan terus mengikuti kemana gerakan Ratna. Begitu sudah duduk, Dony langsung melucuti pakaian atas Ratna hingga telanjang. Matanya langsung berbinar penuh kagum menyaksikan kedua bukit kembar milik wanita itu nampak menggantung indah dan membusung penuh di dadanya.

Dengan rakus, Dony melahap satu per satu daging kenyal itu. Lidahnya menjilat-jilat di seputar putingnya, sesekali menghisap dan mengemot benda kecil kemerahan yang semakin mencuat itu. Serangan Dony memang begitu gencar, tangannya beraksi kembali menarik rok dan sekaligus celana dalamnya sehingga kali ini Ratna benar-benar telanjang bulat tanpa sehelai benang pun yang menutupi tubuh mulusnya.

Mulut Dony merayap ke bawah menyusuri permukaan perutnya untuk kemudian langsung terbenam di antara kedua pangkal paha Ratna. Lagi-lagi Ratna menjerit kecil kala ujung lidah Dony menyentuh labia vaginanya. Tubuh Ratna bergetar bagaikan terkena stroom tekanan tinggi. Sambil berpegang pada pinggiran kursi, ia menaikan kedua kakinya ke atas sehingga bagian selangkangannya terbuka lebar-lebar. Dony segera menyerbu belahan daging berwarna kemerahan yang sembunyi di antara bulu-bulu lebat di seputarnya. Jemarinya kembali mengorek-ngorek bagian itu, sementara lidahnya terus menjilat-jilat.
"Ouh...., ooooouuuhhhhh.... Dooooonn..." Ratna mengerang-erang keenakan. Kedua tangannya segera mencekal kepala Dony dan membenamkannya dalam-dalam.

Lidah Dony bergerak lincah mempermainkan kelentit yang menyembul di antara belahannya. Benda kecil yang sangat sensitif itu sudah keras sekali. Akibatnya Ratna megap-megap seperti kehabisan nafas menahan nikmat yang tak terhingga. Suasana yang jauh lebih nyaman dan aman serta gairah yang telah lama terpendam membuat ia tak bisa bertahan lama menikmatinya karena beberapa detik kemudian tubuhnya berguncang keras, menggelapar-gelepar bagaikan ikan kehabisan air. Diiringi lengkingan panjang, Ratna melepaskan tekanan yang mendesak dari dalam dirinya.
"Aaaaaakkkkkhhhhh!!!!" jeritnya penuh kenikmatan.

Ratna kemudian meraih kepala Dony dan menciumi wajahnya dengan penuh kemesraan seolah ingin menyatakan ucapan terima kasih atas kenikmatan yang baru ia berikan. Ciumannya semakin memanas dan liar. Didorongnya tubuh Dony ke arah ranjang hingga jatuh terlentang di sana. Ia langsung menindihnya dari atas sambil menciumi sekujur tubuhnya sementara jemarinya dengan cekatan mempreteli seluruh kancing bajunya dan melepaskannya. Lalu membuka ikat pinggangnya. Tanpa memperdulikan Dony yang mungkin agak terkejut dengan perangainya, Ratna langsung memelorotkan seluruh celana Dony.
"Oooww!!!" pekiknya tertahan menyaksikan batang milik Dony yang sudah mengacung keras seperti tiang pancang itu.

Ia tak pernah mengira bahwa batang milik teman sekantornya ini jauh lebih besar, panjang dan amat keras seperti perkiraannya sewaktu memegangnya dalam kegelapan di mobil tadi. Ingin rasanya ia berteriak kegirangan mendapatkan sesuatu yang belum pernah ia bayangkan sebelumnya.
"Gede banget!" bisik Ratna seraya meraba-rabanya seperti anak kecil yang baru diberi mainan.

Ia kemudian merayap di atas tubuh Dony, turun ke arah selangkangannya. Kini wajahnya persis berada di depan batang yang mengacung itu. Dipandanginya sekujur batang itu dan setelah puas baru ia menjulurkan lidahnya ke atas moncong batang itu.
"Errrggghhhh....," Dony mengerang keenakan saat merasakan lidahnya yang hangat. Ia melirik sejenak untuk melihat ke bawah.

Ratna pun melirik ke atas. Pandangannya bertemu. Dony menganggukkan kepalanya. Entah apa maksudnya. Seolah mengerti, Ratna membuka mulutnya dan perlahan-lahan memasukan batang itu. Kedua bibirnya dirapatkan dan mulai mengulumnya. Lidahnya bermain-main di sekujur batang itu sambil mengemot-emot.
"Auuuukkkhhhh....," kembali Dony mengerang.

Kepala Ratna bergerak naik turun. Dari mulutnya terdengar suara keciprakan selomotannya. Sungguh mendebarkan sekali mendengar suara-suara itu. Ratna tak henti-hentinya mengulum, mengemot dan menghisap-hisap seolah ingin membalas kenikmatan yang dirasakannya tadi. Akibatnya Dony berkelejotan menahan kenikmatan luar biasa ini. Ia merasa tak akan bertahan lama. Dony nampaknya tak ingin keluar sebelum keinginannya tercapai. Ia lalu menahan gerakan Ratna dan mengisyaratkan padanya untuk naik.

Ratna mengerti apa maksudnya, ia lalu berjongkok mengangkangi tubuh Dony sehingga selangkangannya persis berada di atas batang yang berdiri tegak itu. Tubuhnya kemudian turun perlahan-lahan. Batang Dony yang sudah ia selipkan di antara belahan memeknya mulai melesak masuk. Dengan mata terpejam Ratna meneruskan pinggulnya semakin turun sampai akhirnya batang Dony amblas seluruhnya.

Bleeeesssshhhhhhh!!!

"Aaaakkkhhhhhh!!!!" Ratna menghembus nafas lega saat berhasil memasukan seluruhnya padahal tadi sempat ngeri kalau terjadi apa-apa dengan miliknya karena begitu seret sekali masuknya.

Ia berhenti sejenak sambil menarik nafas, lalu mulai bergoyang sambil mengangkang di atas tubuh Dony. Kedua tangannya bertumpu di atas dada Dony, pantatnya menggeol-geol sambil bergerak naik turun dengan irama yang teratur. Tubuhnya nampak bergerak seolah sedang menunggang kuda dan memacunya dengan penuh gairah.

Di bawah sana, Dony tak tinggal diam. Pinggulnya turut bergerak naik turun, bergoyang kiri kanan mengimbangi irama gerakan wanita yang menungganginya. Keadaan semakin bertambah panas, mereka sama-sama berpacu saling berlomba menuju puncak pendakian. Seiring dengan meningkatnya kecepatan, Ratna membungkukan tubuhnya hingga sejajar dengan tubuh Dony sementara pantatnya menungging ke belakang bak seorang joki yang tengah memacu secepat mungkin saat mendekati garis finish.

Demikian pula dengan Dony, kedua tangannya merangkul erat tubuh sintal wanita itu yang nampaknya hampir mencapai puncak pendakiannya. Tubuhnya semakin berguncang, berkelojotan seperti ayam disembelih. Pantatnya bergerak cepat naik..., turun...., naik..., turuuuunnnn...., dan akhirnya ditekannya kuat-kuat. Dari mulutnya meluncur desisan panjang dan lenguhan keras mirip sapi sedang birahi.

Seeeeeerrrrrrrrrr!!!!! Ratna merasakan air maninya menyembur kencang dan banyak sekali menyirami batang kemaluan Dony yang nampak masih bergerak keluar masuk.
"Auuuugghhh..... Dooon!!! Cepet keluaaarinhhhh...., udah nghhhiillluuuuuu......., ooookkkhhhhh!!" kepala Ratna menggeleng-geleng saking gelinya merasakan tusukan demi tusukan batang keras di dalam kemalauannya.
"Oughh..., ouuuggghhh...., AAAAKKKKHH!!!!!" Dony mengerang-erang merasakan nikmatnya orgasme berkali-kali.

Mereka bergulingan di ranjang sambil berpelukan erat menikmati puncak dari segala kenikmatan permainan cinta ini.
"Fhhhuuiiiihhh!!!" Dony merasakan kelegaan. Lepas sudah ketegangan di sekujur tubuhnya.
"Wow!" pekik Ratna puas. Permainan kedua yang cukup menyita tenaga ini sungguh sangat mengasyikan sekali.

Dari raut wajahnya nampak sekali ia begitu menikmatinya dan benar-benar memuaskan. Ratna memeluk Dony begitu mesra seakan tak ingin melepaskan untuk selamanya. Mereka berdua seolah tak ingat akan waktu yang telah melewati tengah malam, atau keluarga mereka yang mungkin mengira mereka sudah ada di rumahnya masing-masing. Apa jadinya kalau perselingkuhan itu tercium oleh keluarga mereka. 


TAMAT

Tidak ada komentar:

Posting Komentar